Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menjajaki peluang untuk menerapkan tiga sesi perdagangan. Inisiatif ini diyakini akan menyerupai sistem yang diterapkan oleh New York Stock Exchange (NYSE), yang memungkinkan aktivitas perdagangan berlangsung hampir sepanjang hari.
Walaupun demikian, adanya wacana penambahan sesi perdagangan di pasar modal Indonesia ini memunculkan kekhawatiran terkait potensi fluktuasi pasar yang lebih tinggi serta risiko terjadinya penurunan harga secara mendadak. Saat ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan dinamika yang beragam.
Berdasarkan data yang dihimpun Liputanku pada hari Selasa, 27 Mei 2025, IHSG berada pada posisi 7.181,01, mengalami penurunan sebesar 0,10%. Pada saat pembukaan perdagangan, IHSG sempat melonjak hingga mencapai level 7.212,56.
Tren penurunan juga terlihat pada sesi perdagangan sebelumnya, dengan IHSG menutup hari di level 7.188,35 atau melemah 0,36%. Meskipun demikian, IHSG mencatatkan nilai beli bersih (net foreign buy) yang signifikan di seluruh pasar, mencapai Rp 320,16 miliar.
Reyhan Pratama, seorang Senior Technical Analyst di Sucor Sekuritas, berpendapat bahwa fluktuasi pasar menjadi semakin sulit dihindari dengan diterapkannya tiga sesi perdagangan. Oleh karena itu, beliau menekankan perlunya kajian yang mendalam terhadap regulasi terkait penerapan sistem ini.
“Risiko terjadinya fluktuasi pasar yang tinggi dan potensi penurunan harga secara tiba-tiba juga meningkat. Jadi, implementasinya harus benar-benar dipersiapkan dengan matang,” tegas Reyhan saat diwawancarai oleh Liputanku pada hari Selasa, 27 Mei 2025.
Meskipun demikian, Reyhan tidak menyangkal adanya potensi keuntungan dari penambahan sesi perdagangan. Menurutnya, perpanjangan jam perdagangan akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi investor dalam melakukan aktivitas transaksi.
“Jika jam perdagangan dibuka selama 24 jam, hal ini berpotensi meningkatkan fleksibilitas investor dalam melakukan jual beli saham, meningkatkan likuiditas, dan memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap sentimen global,” jelasnya.
Secara terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, menyatakan bahwa perdagangan tiga sesi berpotensi memperdalam pelemahan IHSG apabila pasar diterpa sentimen negatif. Dalam skenario ini, ia memperkirakan akan terjadi aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing.
“Namanya juga mekanisme pasar, pasti akan ada dampaknya,” ungkap Nafan kepada Liputanku.